30. BATARA SURYA disusun oleh St.Wid
Nama lainnya adalah Batara Wiwaswat, Batara Mathanda putra ke lima Sang Ismaya dan Sang Senggani lahir dengan perbawa panas matahari karena saat itu Marcapada sedang dilanda kemarau panjang.
Surya mewarisi pengendali unsur alam matahari setelah menguasai Aji Suryajati menjadi Dewa Matahari digambarkan mengendarai Kereta Aruna yang ditarik tujuh kuda mengelilingi dunia. Perlambang matahari mengelilingi bumi tanpa henti tujuh hari seminggunya.
Tinggal di khayangan Ekacakra serta punya dua istri kakak adik Batari Ngruna dan Batari Ngruni karena kedua istri terlibat dalam urusan telur keturunan peksi Batara Brihawan dan Batari Kastapi putri Batara Wisnu, maka Batara Surya menikah lagi dengan Batari Haruni atau Batari Prati putri Sg Ramaprawa cucu SH Wening kelak memiliki putra bernama Batara Rawiatmaja.
Suatu ketika Batara Surya dan Batara Candra mengetahui persembunyian Kala Rahu yang telah mencuri Tirta Amerta menyebabkan Kala Rahu atau Rembuculung dipenggal Cakra Batara Wisnu. Badannya jatuh ke dunia menjadi lesung namun kepala Kala Rahu yang terlanjur minum Tirta Amerta masih hidup melayang-layang mengejar Batara Surya dan Batara Candra. Tiap bisa memangsa Batara Surya atau Candra namun selalu bisa lolos lagi karena Kala Rahu tidak punya badan, peristiwa itu menjadi Gerhana Matahari atau Bulan. Maka jika terjadi gerhana masyarakat Jawa dan Bali memukul lesung untuk mengusir Kala. Bedakan yang memangsa adalah kepala Kala Rahu, bukan Batara Kala.
Kereta Aruna pernah dipinjam Wisnu saat mengalahkan Prabu Watugunung raja dari kerajaan Gilingwesi yang dikenal jadi nama wuku (semingguan) pada kalender Jawa. Raja bejat kawini ibu kandung juga ibu tiri diganti Anggara putra dengan Dewi Soma.
Karena kelelahan Guwarsi dan Guwarsa menceburkan diri ke dalam telaga sedang Anjani sang kakak hanya cuci muka. Guwarsi dan Guwarsa menjadi berpenampilan kera utuh sedang Anjani hanya muka dan tangannya yang berbulu oleh telaga jelmaan cupu sekalian diketahui anak asli Resi Gutawa adalah Rara Anjani.
Dengan rasa sesal mendalam ketiganya pulang ke pertapaan Agrastina oleh sang ayah disuruh bertapa mensucikan diri. Anjani bertapa telanjang berendam seperti katak di Telaga Madirda kelak Batara Bayu terpikat lalu memiliki anak kembar kera putih Hanuman dan bajang putih Borobuda. Guwarsi diganti nama Subali bertapa menggantung seperti kelelawar dan Guwarsa diganti nama Sugriwa bertapa mengangkat satu kaki seperti kijang di hutan Gunung Suryapringga.
Berpisah karena bertengkar dengan kembarannya, Hanuman lalu berguru pada Batara Surya. Setelah tamat diberi tugas menjaga Sugriwa anak biologis Batara Surya, dari inilah kita tahu betapa Hanuman sangat menghormati Sugriwa.
Di kemudian hari Hanuman marah kepada sang guru Batara Surya yang dianggap mencelakai keluarga orang tuanya, dengan kekuatan Bayu mengumpulkan awan menutupi matahari hingga tak bersinar, tiada yang mampu menghalangi Hanuman karena dia adalah putra biologis Batara Bayu. Akhirnya Batara Guru membujuk Lara Anjani agar meredakan amarah Hanuman puteranya, dan berhasil.
Batara Surya juga terlibat dengan Dewi Kunti yang mengakibatkan hamil, agar masih tetap perawan maka sang bayi, Suryatmaja, dilahirkan lewat telinga karena itu juga disebut Karna. Dalang sepuh sering menuturkan bahwa lahir lewat telinga itu maksudnya Batara Surya mampu membisiki kabar ke telinga semua orang.
Setelah kasus Ngruna-Ngruni selesai Batara Surya meminta istrinya kembali lagi namun Batari Ngruni tetap tidak mau. Baru setelah dibujuk sang kakek SH Wening hati Batari Ngruni luluh. Sekembalinya Batari Ngruni akhirnya punya putri Rara Suryawati yang kelak menjadi istri Prabu Gatotkaca [sesudah jadi raja Pringgondani] dan kelak memiliki anak Raden Suryakaca yang tampil setelah selesai Baratayuda bersama kakak Sasikirana putra Pergiwa dan adik Jayasumpena putra Sumpaniwati.
Nah sudah mulai kelihatan turunannya Batara Surya di pewayangan selanjutnya. Dan ikuti terus kelanjutannya.
Salam sehat selalu
Setyo Widodo