12. SH NURCAHYA & SANG NURRINI disusun oleh St.Wid
Setelah dewasa Ne menjadi orang bijak yang meneruskan kepemimpinan SH Sis atas khayangan Nepala hingga meluas menjadi kerajaan Newari di tepi sungai Hindus.
Sedang Nur yang gemar bertapa amat disayangi dan diam-diam selalu dilindungi Ngajijil, tentu saja dengan berbagai bentuk lain. Keinginan Nur didukung Ngajijil yang menyamar menjadi petapa tua di hutan Gunung Putih. Petapa tua menurunkan ilmu kesaktian hingga Nur menjadi titah tak tertandingi. Sampai kini Gunung Putih tidak pernah ada manusia yang datang ke sana karena dikeramatkan penduduknya.
Melihat sang kakek, A Dum, akhirnya juga wafat, Nur ingin bisa hidup abadi. Untuk mewujudkan hal itu Ngajijil yang kini tampil seperti pendeta mengajak Nurcahya meninggalkan Nepala bertapa di Tanah Siluman hingga mendapat anugerah Pangeran Sang Dum Adi berupa air keabadian, Tirta Kamandanu, yang disimpan dalam Cupu Manik Astagina bungkus bayi ayahandanya, SH Sis, yang dulu dibuang kakeknya A Dum lalu ditemukan Ngajijil.
Setelah minum dan mandi dengan Tirta Kamandanu yang mampu menenangkan Marcapada maka Nur hidup abadi sehingga nama pun berubah menjadi Nurcahya.
Nurcahya kembali ke Nepala, belum jauh kaki melangkah ia melihat pohon tanpa daun yang aneh karena seolah akarnya ada di bawah tanah serta di atas langit. Nurcahya mendengar bisikan gaib untuk memotong sebagian akarnya yang menyembul keluar tanah untuk dijadikan pusaka. Ternyata hal itu bisa mengobati berbagai sakit penyakit bahkan mampu menghidupkan titah yang belum saatnya mati maka akar itu disebut sebagai Oyot Pulasara, akar maha penyembuh.
Memperoleh berbagai pusaka namun masih memburu yang lain lagi serta terlalu lama di tempat asing, membuat Nurcahya lupa arah jalan pulang. Hidup terlunta-lunta mengembara tak tahu arah, hingga suatu ketika bertemu dua Sukma Purwa.
Ngijana dan Ngijaya yang sedang dihukum Pangeran Sang Dum Adi, mereka diturunkan ke Mahabumi lalu berganti nama Haruta dan Maruta. Nurcahya diajari ilmu untuk mengerti aneka bahasa hewan, karena Sukma Purwa memang leluhur siluman yang menurunkan berbagai jenis hewan juga tumbuhan.
Setelah purna, ketika Nurcahya ingin melihat surga dan neraka, Haruta dan Maruta kumat keusilannya, membohongi Nurcahya agar menyusuri Bengawan (sungai panjang) Nile karena surga dan neraka ada di hulunya.
Di awal niat menyusuri Bengawan Nile, Nurcahya bertemu paman dan bibi (anak A Dum ke 15) yang bertapa di hilir sungai itu. Nurcahya singgah dan mendapat ilmu kawaskitan yang bisa mengerti apa yang akan terjadi. Setelah purna mempelajari ilmu tersebut barulah Nurcahya melanjutkan perjalanan menyusuri Bengawan Nile.
Ternyata sungai itu luar biasa panjangnya hingga ketika sampai di sumbernya Nurcahya lelah lalu bertapa di gunung Neilos, Ngajijil menyamar mengaku Pangeran Sang Dum Adi yang menyampaikan anugerah berupa cincin permata Retnadumilah agar Nurcahya bisa melihat surga dan neraka.
Sang Pangeran palsu juga menyarankan agar Nurcahya bertapa di Gunung Tunggal selama tujuh tahun dengan berbagai posisi, jika terang menghadap matahari pagi menghadap timur, siang menengadah, dan sore menghadap ke barat; jika gelap berendam air danau kecil di Gunung Tunggal tersebut.
Gunung Tunggal ada di Pulau Dewa yang merupakan khayangan jin dari Prabu Nurradi, keturunan ke enam Jin Priya dan Wano. Ketika beliau berkeliling khayangan heran melihat ada cahaya yang bukan matahari juga bukan bulan di Gunung Dewani, saat didekati tidak bisa diraba lalu terjadi pertengkaran hingga berkelahi. Prabu Nurradi kalah lalu menyerahkan adiknya, Nurrini untuk diperistri Nurcahya kemudian kelak juga menyerahkan khayangan Pulau Dewa yang lalu diganti nama menjadi khayangan Dewani.
SH NURCAHYA & SANG NURRINI atau Mahamuni memiliki satu putera benama Nurrasa.
NB: Dalam dunia wayang Nurcahya adalah tokoh pertamanya. Kesalahan pun dimulai dari tokoh pertama ini karena SH Nurcahya mengaku Sang Murbeng Alam, penguasa alam. Sama seperti Ngajijil yang mendidiknya yang juga mengaku Pangeran Sang Dum Adi. Kebiasaan mengaku sebagai yang paling hebat ini berlanjut terus menerus sepertinya juga menjadi tanda pengikut Ngajijil.
Nah sobat pencinta wayang, semakin asik ya , lanjutannya Minggu depan, jangan lupa pakai masker kalau keluar dan jaga jarak
Tetap semangat mengisi kegiatan yang positif dimasa pandemi Coovid-19 ini
Salam Wayang