Sekuel 3 MADYAPADA
disusun oleh St. Wid
Perseteruan, permusuhan dan peperangan kaum keturunan para Batara dan Batari dimulai dengan perang besar Maespati & Ngalengka, keduanya disebabkan hal yang sama yaitu wanita. Perang bukan hanya perseteruan kedua kubu yang bermusuhan namun juga menimbulkan goro-goro, kegoncangan di dunia kecil, yang membuat MADYAPADA berubah keberadaannya karena digunakannya senjata pemusnah serta akibat penerapan berbagai ajian sakti. Di dunia masa kini bukti adanya manusia jawa raksasa setinggi 2,5 meteran, Megantropus Paleojavanicus kemungkinan berasal dari masa ini.
NB: Perlu diketahui pada era MADYAPADA ini para titah utama masih memiliki sampai dengan 60% kekuatan pikir Karunia Pangeran SH Dum Adi.
Batara Surya yang tinggal di khayangan Ekacakra, putra kelima SH Ismaya (Semar), adik Batara Yamadipati dan kakak Batara Candra di masa mudanya telah mampu menterjemahkan unsur-unsur matahari menjadi jurus-jurus andalan Ajian Suryajati yang membuatnya mampu mengendalikan matahari. Kemampuan tersebut diwariskan pada keturunannya setidaknya pada Rawiatmaja cikal bakal raja Maespati namun tidak diketahui apakah diturunkan juga pada anaknya yang lain: Batara Yama, Dewi Tapati (istri Prabu Samwarana), dan Adipati Karna.
Dari Rawiatmaja > Karaba > Dewangkara > Dewanggana > Dewasana > Herriya punya tiga putra: Kertawirya, Kertagunawan, dan Kertasuwaja; dua adik Herriya: Resi Suwandagni punya dua putra: Sumantri dan Sukrasana; serta Resi Yamadagni berputera Ramabargawa / Parasurama.
Dengan pertolongan Batara Wisnu tiga putra Herriya buka hutan Indrasana menjadi negara Maespati, sebagai yang tertua Kertawirya menjadi raja pertama bergelar Prabu Arjunawijaya sedang adiknya Kertagunawan menjadi Patih Gumiyatmaja, lalu Batara Wisnu kembali ke khayangan barunya di Nilawindu. Maespati dengan cepat menjadi negara besar yang memiliki lebih dari 1000 negara taklukan. Si bungsu Kertasuwaja memilih jadi brahmana bernama Begawan Suwaja dengan membangun pertapaan Jatisrana di dekat Maespati.
Di lain tempat Sumantri juga sudah beranjak dewasa, oleh sang ayah, Resi Suwandagni disuruh mengabdi ke Maespati karena masih bersaudara dengan Prabu Arjunawijaya / Kertawirya. Kebetulan saat itu Maespati sedang dimintai pertolongan kerajaan Magada yang mendapat ancaman dari banyak raja yang ditolak lamarannya maka untuk membuktikan pengabdiannya Sumantri diutus memimpin pasukan Maespati menumpas para raja yang marah.
Keberhasilan Sumantri tidak otomatis bisa membawa pulang putri Magada. Dewi Citrawati yang bergaya hidup mewah hanya mau dijadikan istri Prabu Arjunawijaya bila dilayani 800 putri yang mau jadi istri sang prabu, dan disanggupi karena dari negara taklukan Maespati yang lebih dari 1000 diambillah masing2 satu putri.
- Walau ada yang beranggapan Prabu Arjunawijaya sebagai penggila wanita namun dalam versi pedalangan jawa tersebut di atas, sangat jelas banyak istri itu adalah permintaan Dewi Citrawati. Masih ditambah ketika iring-iringan calon pengantin masal sedang beristirahat, Citrawati minta Patih Suwanda memperlihatkan kesaktian rajanya yang bisa bertangan seribu, Arjunasasrabahu.
Menyanggupi permintaan itu akhirnya saat rombongan berhenti di batas Maespati, Patih Suwanda menantang rajanya. Pertarungan terjadi hingga sang raja sebagai penjelmaan Batara Wisnu melakukan Triwikrama menjadi Sasrabahu dengan cepat mampu mengalahkan Sumantri yang segera minta ampun serta menjelaskan duduk perkara.
Masih tidak kehabisan akal, Citrawati minta dipindahkannya Taman Sriwedari milik Batara Wisnu di khayangan lama Utarra Segara seutuhnya ke Maespati. Sebagai penebus rasa bersalah tugas itu diberikan pada Sumantri yang malang nasibnya.
Ingatannya kembali pada sang adik yang berupa bajang (raksasa kecil) Sukrasana yang pernah dapat anugrah dewa, dan benar dengan mudah Sukrasana mampu memindahkan taman Sriwedari seutuhnya ke Maespati lalu Sumantri dijadikan patih urusan luar bernama Patih Suwanda.
- Sukrasana lupa pesan ayah dan kakaknya untuk tidak menampakkan diri, sebagai anak desa yang lugu terkagum-kagum menyaksikan keindahan taman Sriwedari yang mengejutkan Dewi Citrawati. Niat cuma mau menakut-nakuti adiknya, Patih Suwanda terlanjur melepas panah Cakra. Sebelum meninggal Sukrasana berujar jika sang kakak akan tewas di tangan raksasa besar.
Betul hingga satu ketika mengemban tugas harus berurusan dengan prajurit Alengka, ia tewas digigit Prabu Rahwana. Kematian Patih Suwanda membuat murka Arjunasarabahu hingga menyerang Alenka. Prabu Rahwana kalah diseret keliling dunia namun tidak bisa mati karena memiliki Ajian Pancasona pemberian kakak iparnya Prabu Subali raja kera Guwa Kiskendo. Harta Alengka dijarah ke Maespati namun masih ada yang bisa diselamatkan Gunawan Wibisana.
- Suatu hari ketika Arjunasasra pergi, Rahwana curang memberitahu Dewi Citrawati bahwa suaminya tewas karena kecelakaan. Di luar rencana Rahwana ternyata Citrawati belapati, bunuh diri. Sedih mendalam membuat Batara Wisnu keluar dari Arjunasasra yang tetap terus mengembara. Bertemu dengan Ramabargawa yang dapat petunjuk dewa hanya bisa mati jika melawan titisan Wisnu maka mereka berkelahi namun berakhir dengan tewasnya Arjunasasra.
Ramabargawa yang kecewa berat diberitahu dewa bahwa Wisnu sudah keluar dari Arjunasasra namun kelak akan kembali menitis pada Sri Ramawijaya dari Ayodya, dialah satria yang kelak bisa menyempurnakan Ramabargawa.
NB: Punakawan yang mengikuti barulah Semar dan Bagong.
Setyo Widodo
Nah asik kan kita lanjutkan hari Jumat depan ya .