Sekuel 6 MAHANTARA
Seni

Sekuel 6 MAHANTARA

Sekuel 6 MAHANTARA disusun oleh St. Wid.

Setelah dataran rendah di utara Jawa tenggelam menjadi Laut Jawa berdirilah Astinaraya (gabungan Indraprasta, dll) negeri MAHANTARA atau Nusantara Kuna. Dalam wayang purwa yang disebut hanyalah Prabu Parikesit (putra Raden Abimanyu & Dewi Utari) raja Astinaraya pertama yang memakai gelar seperti kakek canggah (ayah dari kakek buyutnya Prabu Pandudewanata) yaitu Prabu Kresnadipayana. Selanjutnya dapat ditemukan dalam wayang madya juga ketoprak: Sejak Prabu Dewakusuma (Parikesit) hingga Gandakusuma cucu Anglingdarma. Di era ini juga akhir dari punakawan abadi Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong serta mukswanya Anoman. Di dunia masa kini banyak pujangga cerdik pandai memadankan dengan timbulnya kerajaan mulai dari Kahuripan Erlangga hingga Medang Mpu Sindok.

NB: Perlu diketahui pada era MAHANTARA ini para titah utama masih memiliki sampai dengan 30% kekuatan pikir Karunia Pangeran SH Dum Adi.

Selesai Baratayuda cucu Pandawa bernama Parikesit (putra Abimanyu & dewi Utari) didaulat menjadi raja Astinaraya Baru bergelar Prabu Kresna Dipayana seperti kakek moyangnya. Dari lima istri lahir delapan anak, lima diantaranya jadi raja, termasuk Yudayana / Janamejaya menjadi raja di Yawastina dilanjutkan putera bungsunya Yudayaka / Sudarsana karena sang kakak mengembara setelah sadar telah melakukan kesalahan, berlanjut ke putra Yudayaka raden Kijing Wahana yang bergelar Prabu Sari Wahana dan kerajaan ganti nama dengan Yasawtina.

Akhir hidup para punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong; saat Gendrayana (saudara Yudayaka) babat hutan Mamenang menjadi kerajaan Daha dilanjut sang putera Widarba / Jayabaya lalu sang cucu Widhayaka / Narayana  kemudian sang buyut Jayapurusa.

Mustika Krawang pusaka Ajisaka menampakkan Yawastina menjadi sepi berlanjut perang antara trah Parikesit: Sari Wahana dari Yawastina dikalahkan Jayapurusa dari Daha. Ajidarma sang putera melanjutkan Sari Wahana jadi raja di Yawastina.

Anoman muksa setelah merukunkan dan menobatkan Jayapurusa. Raja Yawastina berganti Astradarma yang menikahi Pramesti / Sukanthi putri sulung Widarba. Astradarma marah ketika mengetahui, bangun tidur tiba-tiba Pramesti hamil lalu mengusirnya. Widarba murka mengetahui putrinya terlunta-lunta lalu mengutuk Astradarma dan negara Yawastina agar tenggelam, dan itu terjadi.

Malawapati yang tersisa dari Yawastina, sudah dihadiahkan kepada Anglingdarma (titisan Wisnu) putra Astradarma & Sukanthi. Putra Anglingdarma bernama Anglingkusuma gugur waktu berseteru dengan Kusumawicitra (buyut Jayapurusa) dari Daha yang kemudian dipindah ke Pengging Witaradya. Malawapati selanjutnya dipegang cucu Anglingdarma bernama Gandakusuma.

Walau termasuk wayang madya, kisah Anglingdarma akrab ditelinga orang jawa dalam drama ketoprak. Balada diawali Anglingdarma mengetahui perselingkuhan Nagagini dengan ular tampar. Ular tampar dibunuh Anglingdarma namun dalam pertarungan tersebut juga melukai ekor Nagagini yang lalu pulang mengadu-bohong pada suaminya.

Nagaraja marah mendengar pengaduan istrinya, Nagagini, lalu melabrak Anglingdarma. Setelah dekat menunda dulu karena Anglingdarma sedang bercerita pada istrinya, Dewi Setyowati. Ikut mendengar kisah itu Nagaraja sadar bahwa istrinya yang salah, untung dia belum bertindak. Karena penyesalan tersebut dan agar cepat bisa muksa maka Nagaraja mewariskan Aji Gineng (bisa tahu aneka percakapan binatang) kepada Anglingdarma lalu Nagaraja muksa.

Namun memiliki Aji Gineng malah merupakan malapetaka, Dewi Setyowati yang manja minta diberitahu Aji Gineng padahal itu larangannya, karena ditolak merajuk minta pati-obong. Dewi Setyawati berharap agar permintaannya dikabulkan namun malah Anglingdarma mau menemani masuk api karena dulu telah bersumpah sehidup-semati. Disaat api nyala membesar Anglingdarma disadarkan dengan ucapan para kambing yang menyindir kisahnya sehingga batal ikut pati-obong.

Akibatnya Anglingdarma menarik sumpahnya tidak jadi ikut pati-obong, hal itu dianggap salah oleh dewata dan keraton Malawapati berubah menjadi hutan alang-alang yang membuat Anglingdarma memutuskan untuk berkelana.

Balada berlanjut kemana-mana seperti bertemu tiga putri Widata, Widati, dan Widaningsih yang gemar makan daging manusia, ternyata mereka keturunan ditya Merusupadmo yang sudah lama tewas di tangan Anglingdarmo dulu.

Petualangan berlanjut membongkar penyamaran jin licik yang mengganggu rumah tangga Bremana Bremani; hingga sampai kepada kisah asmara Anglingdarma dengan Dewi Ambarawati putri kerajaan Bojanegara yang mempertemukan kembali dengan Patih Batik Madrin (kakak almarhum Dewi Setyawati) yang menyatakan keraton Malawapati telah pulih kembali.

Setyo Widodo

Nah di Sekuel 6 MAHANTARA sebenarnya terbit Jumat Minggu kemaren, tetapi karena kesibukan, Pak Isidorus Sri Budiana ketua lingkungan yang dulu telah menghadap Bapa, maka Minggu ini akan terbit dua kali nanti. Seru kan.

Ayo tetap semangat menjaga budaya milik kita yang Adi luhung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *