46. AMARTA INDRAPRASTA oleh St. Wid.
AMARTA INDRAPRASTA, cerita ini berawal dari Prabu Pandu kena kutuk akan mati saat berkasih-kasihan gara-gara memanah kijang yang sedang bermesraan ternyata jelmaan seorang resi dengan istrinya. Sebagai langkah pencegahan Prabu Pandu mengasingkan diri di hutan bersama kedua istrinya Wara Kunti dan Wara Madrin. Tahta Hastina dititipkan pada sang kakak, Drestarasta.
Agar punya keturunan tanpa mengorbankan Prabu Pandu, Wara Kunti mengkisahkan ilmu Pemanggil Dewa tinggallan gurunya. Prabu Pandu setuju menerapkannya sehingga Wara Kunti memanggil dewa tiga kali hingga punya anak Wijakangka [putra biologis Batara Darma], Wijasena [putra biologis Batara Bayu], dan Wijanarka [putra biologis Batara Indra].
Kemudian ajian juga diajarkan pada Wara Madrim serta menerapkannya hingga punya putra Pinten dan Tangseng [putra biologis Batara kembar Aswin dan Aswan]. Sayangnya saat Wara Madrin hamil tua nyidam ingin naik Lembu Andini. Pandu berhasil meminjam lalu mengedarai bersama istrinya, lupa akan kutukan bermesraan dengan Wara Madrin hingga Prabu Pandu meninggal dunia. Pembakaran jenazah Prabu Pandu diikuti belapati Dewi Madrim yang baru habis melahirkan.
Pinten dan Tangseng dirawat Wara Kunti. Hingga ketika Pandawa remaja kembali ke Hastinapura namun bukan mendapat tahta hak ayahandanya Prabu Pandu malah mengalami berbagai upaya melenyapkan Pandawa dari Suta Kurawa diarahkan akal licik Sengkuni patih Astina titisan Batara Drupara tukang adu para dewata.
Diawali dengan rebutan Minyak Tala untuk membuat kulit kebal dari senjata tajam sudah tampak kelicikan patih Sengkuni hingga botol jatuh ke sumur upas yang hanya bisa diambil oleh pengelana Kumbayana beserta putra kecilnya Aswatama. Segera Kumbayana diusulkan untuk jadi guru dan nujum Hastinapura. Prabu Drestarasta menyetujui dan memberi gelar Pandita Durna serta diberi tanah di Sokalima untuk mendirikan pertapaannya.
Setelah mapan Pandita Durna menikahi Lara Krepi untuk merawat Aswatama kecil lalu mengundang adik iparnya menjadi Resi Krepa [yang sangat menyayangi dan disayangi Aswatama]. Murid kecintaan Pandita Durna adalah Wijanarka dan murid kesayangan Resi Karpa adalah Wijakanka.
Ekalaya adalah seorang pemuda yang ingin sekali jadi murid Pandita Durna. Karena tidak kesampaian maka membuat patung Durna yang selalu menemaninya berlatih memanah hingga mahir seperti Wijanarka. Untuk menghalanginya, Pandita Durna pura-pura baik hingga bisa memutus ibu jari Ekalaya maka saat bertanding dengan Wijanarka menjadi Palguna lawan Palgunadi, Ekalaya tewas.
Patih Sengkuni merencanakan pembuatan Balai Sigala-gala untuk memusnahkan Pandawa. Rencana tersebut diketahui oleh Widura adik Pandu yang segera mempersiapkan langkah antisipasinya. Sehingga ketika peristiwa itu terjadi Pandawa beserta Kunti ibunya bisa lolos dengan mengikuti landak putih melalui terowongan yang digali orang kepercayaan Widura.
Landak putih menuntun hingga ke khayangan Saptapretala dimana Bima dinikahkan dengan Batari Nagagini [putri Batara Anantaboga] kelak memiliki putra sulung Bima bernama Anantareja. Keluar Saptapretala melewati hutan menuju Pancala ikuti sayembara memperebutkan Rara Drupadi dan menang.
Kembali ke Hastinapura walau disambut para sesepuh namun tetap saja terancam oleh tindak tanduk Kurawa di bawah patih Sengkuni sehingga Prabu Drestarasta membagi Hastinapura: separoh wilayah Hastinapura termasuk keraton Hastina diberikan pada Kurawa, dan separoh wilayah Hastinapura lainnya diberikan pada Pandawa juga titah untuk membangun keraton di bekas wilayah kerajaan Kuru lama. Versi Solo beda Pandawa diberi tanah sang kakek Matswapati raja Wirata.
Pandawa menerima dan segera berangkat ke Wanamarta. Ternyata di hutan itu ada kerajaan tidak kelihatan bernama Indraprasta yang diurus lima jin bersaudara. Pandawa bertanding hingga mereka: jin Yudistira kalah dan menyatu dengan Puntadewa; jin Dandungwacana kalah dan menyatu dengan Wrekodara; jin Danangjaya kalah dan menyatu dengan Arjuna; jin kembar Nakula dan Sadewa kalah dan menyatu dengan Pinten dan Tangsen; seketika itu juga kerajaan Indraprasta yang terawang jadi terlihat dengan mata telanjang. Kerajaan Indraprasta terdiri dari Keraton Amarta kediaman Puntadewa dikelilingi empat kesatrian: Wrekudara di Jodipati, Harjuna di Madukara, Nakula di Bumi Retawu, dan Sadewa di Sawo Jajar
Kerajaan Indraprasta mengadakan Sesaji Rajasuya yaitu selamatan dalam rangka penobatan maharaja dengan berbagai persiapan yang rumit serta mustahil untuk dikerjakan namun hal tersebut mampu dilakukan Pandawa dengan pertolongan Prabu Kresna. Salah satu hal yang sulit dan mustahil adalah mengalahkan Prabu Jarasanda yang sekaligus musuh bebuyutan Prabu Kresna. Dengan tewasnya Jarasanda maka terbebaslah raja 100 negara tawanannya yang sekaligus juga memenuhi syarat Sesaji Rajasuya harus didukung oleh 100 negara.
Kurawa yang ikut bertamu tidak habis pikir mengapa Pandawa begitu beruntung. Prabu Duryudana yang melamun mendapat malu tanpa sadar tercebur kolam berair sebening kaca di dalam istana Amarta.
Lalu patih Sengkuni menggagas main dadu dengan kepandaiannya main curang berharap mampu mengalahkan Pandawa dan benar. Hingga Pandawa harus meninggalkan Amarta berkelana di hutan selama 12 tahun dan pada tahun ke 13 harus menyamar jika ditemukan Kurawa harus mengulang 12 tahun lagi di hutan.
Nah wayang purwa hadir lagi dengan Cerita AMARTA INDRAPRASTA ini, tahulah kita siapakah sebenarnya Pandawa , apakah trah raja yang syah ? ayo ikuti terus cerita ini , semoga selalu bisa menghibur dan mencari pelajaran moral apa yang bisa dipetik .
Mantapp