34. RURYANA | LOKAPALA disusun oleh St.Wid.
Masa kecil Ruryana dididik ibu yang memanjakannya serta tidak memberi contoh yang baik membuat Ruryana menjadi pribadi yang tidak matang baik dalam olah fisik, olah fikir maupun olah batin.
Di masa mudanya menyaksikan ibu dan para selir bersukaria yang menyebabkan tewasnya para prajurit, senapati, juga Patih Suwanda sangat menciutkan nyalinya. Walaupun kemudian sang ayahanda mampu membalikkan keadaan namun itu berbuah keburukan ketika seluruh istri Mahespati termasuk ibundanya bunuh diri.
Mahespati dapat dipulihkan dengan bantuan Batara Baruna dan Resi Palastyo. Kehidupan selanjutnya berjalan lambat karena dimanja kemakmuran dan tidak adanya ancaman, Mahespati dalam keadaan adem ayem. Sayangnya Ruryana masih terbayang-bayang masa lalu yang amat menggangggu raga, jiwa, dan sukmanya sebagai putra mahkota.
Nyaris tidak ada prilaku Ruryana yang dapat dikisahkan. Menjadi raja bukan karena siap membuat Prabu Ruryana hanya menjadi raja biasa tidak cemerlang semasa sang ayahahanda. Itulah sebabnya Wisnu tidak menitis pada Prabu Ruryana namun ke Ayodya menitis pada Regawa, Sri Rama.
Sedikit sisi baik Prabu Ruryana diturunkan ke putri sulung Rara Sumitrawati yang kelak menjadi istri Prabu Dasarata memiliki dua putra Laksmana yang sangat setia pada kakak tirinya Regawa dan [Sa]terugna yang juga setia pada kakak tirinya Barata. Kedua cucu Prabu Ruryana hanya seperti ditakdirkan setia melayani kakak tirinya. Begitu pula dari putri bungsu Rara Ayutanayi yang menikah dengan Prabu Mandradipa raja negara Mandaraka kelak punya putera Arya Mandrapati.
Prabu Mandradipa bersahabat dengan Resi Jaladara dari pertapan Dewasana [bukan Jaladara Baladewa] yang punya putra Bambang Anggana Putra yang kelak juga punya putra Begawan Bagaspati mertua Narasoma [Prabu Salya]. Dari sini diketahui bahwa Mahespati tidak berlanjut atau sirna perlahan.
Pindah ke Lokapala.
Samoodana putra Batara Sambu menjadi awal berdirinya negara Lokapala. Hesthijumali putra Samoodana punya anak Kumalasidhi. Putra Resi Kumalasidhi menjadi raja pertama Lokapala bergelar Prabu Dherodhana.
Prabu Dherodhana punya dua putera Danurdana dan Wasistha. Prabu Danurdana punya putra Danurdara dan adiknya Resi Wasistha punya putra Pulastya.
Prabu Danurdara punya putra Andonapati dan Resi Pulastya punya putra Padma. Prabu Adonapati punya putra Lokawana dan Resi Padma punya putera Wisrawa.
Prabu Lokawana punya putri Rara Lokati / Lokawati yang menikah dengan Wisrawa [putra Resi Padma] yang lalu jadi raja Lokapala.
Prabu Danaraja Wisrawana ingin melamar Rara Sukesi mempercayakan pada ayahnya yang sudah kembali lagi jadi resi. Resi Wisrawa memenangkan sayembara namun Rara Sukesi tidak mau menikah dengan Prabu Danaraja hanya mau dengan yang memenangkan sayembara yaitu Wisrawa ayah Prabu Danaraja.
Hal tersebut memang telah dijangka dewata agar angkara murka lahir menggenapi ketenteraman ras Dewata dengan sarana Batara Guru masuk ke raga Resi Wisrawa dan Batari Uma masuk ke raga Lara Sukesi. Hampir semua angkara murka menyatu dalam diri Rahwana hingga kelak rebut Alengka Diraja jadi raja Prabu Dasamuka. Setelah menjadi raja makin angkara dengan memerangi negara manapun.
Di tempat lain di pertapan Argrastina tiga anak Resi Gotawa sedang berebut Cupu Manik Astagina. Lara Windriadi istrinya ditanya dari mana asal pusaka surgawi tersebut diam membisu hingga dikutuk suaminya jadi patung batu kemudian dilempar hingga jatuh di perbatasan negara Alengka Diraja. Kelak bisa racut jadi bidadari lagi setelah mandi darah manusia, dipakai Anila memukul pecah kepala Prahasta patih Alengka Diraja.
Tahu ibunya jadi batu bukan menyesali masih saja berebut cupu hingga Resi Gotawa marah lalu melempar jauh-jauh namun masih saja dikejar ketiga putera beserta pengasuhnya. Karena lelah Guwarsi dan Menda pengasuhnya serta Guwarsa dan Jembawan pengasuhnya menceburkan diri ke telaga. Sang kakak Rara Anjani dan Suwarsih pengasuhnya hanya cuci muka, kaki dan tangan.
Ternyata telaga Sumala tersebut penjelmaan dari tutup cupu manik yang dibuang Resi Gotawa. Sedang badan cupu menjadi telaga Nirmala jatuh di negara Ayodya.
Menyentuh air telaga Sumala membuat yang menyentuh ditumbuhi bulu. Guwarsi dan Menda pengasuhnya serta Guwarsa dan Jembawan pengasuhnya langsung berubah wujud jadi kera, sedang Rara Anjani dan Suwarsih pengasuhnya hanya tangan dan kaki berbulu serta muka kera.
Rara Anjani saat tapa ngodok menarik hati Batara Bayu Pawana Guru [jangan keliru dengan Batara Guru] hingga punya anak kembar kera putih Hanuman serta bajang putih Barabuda, ketika remaja mereka bertengkar hingga berpisah jalan. Hanuman mencari ayahnya ketemu Batara Bayu lalu diwejang ilmu sakti menjadi putra Bayu. Barabuda dalam mencari ayah diaku anak oleh Prabu Dasamuka dijadikan tawur.
Hanuman dikenal dalam perjalanan menjadi murid Batara Surya setelah jadi Putra Bayu dan waktu mencari kembang Tunjung Seta serta kiprahnya dalam Ramayana mengabdi Sri Rama serta menjaga keturunan Batara Surya sang paman Sugriwa. Hanuman diakali Lara Sayempraba berputra Trigangga. Kelak Trigangga beristri Lara Urangayu mantan istri Dasamuka yang dipulangkan ke ortu berputra Purwaganthi.
Sugriwa dengan bantuan Sri Rama dan Laksmana dapat membunuh Subali sekaligus mengganti posisi menjadi raja Gua Kiskendo dan suami Batara Tara. Anggada putra Subali dan Hanuman putra Anjani menjadi senapatinya membantu Sri Rama.
Nah dari cerita RURYANA | LOKAPALA tersebut diatas maka kesadaran menenangkan pikir itu sangatlah penting sehingga tidak grusah grusuh dalam bertindak, sekali lagi gambaran titah atau ciptaan atau manusia itu memang tidak ada yang sempurna, penuh kelemahan yang kadang menimbulkan dampak kesengsaraan akibat tindakan itu. dampak kesengsaraan itu bisa berlanjut kepada keturunan atau keluarganya sendiri. Maka belajar dari cerita diatas yang ruwet, kita perlu berpikir tenang dalam memutuskan setiap tindakan.
Salam sehat selalu.