14. SH WENANG & SANG SAOTI
SH Nurrasa mewariskan ilmunya pada ketiga puteranya. Setelah mereka beranjak dewasa, mereka semua hidup abadi. Karena ketika mereka lahir diberi minum dan dimandikan dengan Tirta Kamandanu.
Namun dari penguasaan dan penerapan ilmu kesaktian ternyata Wenang lebih mumpuni sehingga terpilih menjadi penerus SH Nurrasa dan mewarisi tiga pusaka: cicin Retna Dumilah, akar Oyot Pulasara, dan Cupu Manik Astagina berisi Tirta Kamandanu serta khayangan Malwadewa lalu SH Nurrasa manuksma.
Jadi SH Wenang (SH Pramanawisesa)
adalah satu sosok tiga pribadi: pribadi Sang Kakek SH Nurcahya, pribadi Sang Ayah SH Nurrasa, dan dirinya sendiri, sehingga SH Wenang juga disebut SH Tritunggal.
Sama dengan para leluhurnya SH Wenang juga gemar bertapa menerapkan ajaran SH Nurcahya dalam sastra pikir Pustakadarya yang membawa SH Wenang meninggalkan khayangan Gunung Tunggal berkelana keliling dunia bermati-raga sambil menjalani tapa-brata.
Saat bertapa di Gunung Langka di Pulau Selong, SH Wenang amat betah tanpa terasa sudah 500 tahun hingga tempat itu menjadi khayangannya dengan para rakyatnya bangsa jin. Tempat itu dinamai khayangan Ondar-andir Bawana.
Prabu Ari raja jin di kerajaan Keling (keponakan Prabu Nuradi) marah mendengar di Gunung Langka ada sosok mendirikan khayangan bernama SH Wenang mengaku bergelar Sang Murbeng Alam. Setelah bertemu terjadi pertengkaran hingga adu kesaktian namun Prabu Ari kalah hingga menyerahkan putrinya Dewi Saoti menjadi istri SH Wenang yang kelak berputera tiga orang: Tunggal, Ening, dan Dewi Suyati.
SH Tunggal dengan istri pertama Sang Dremani berputera tiga: SH Rudra, S Darmastuti (istri SH Ening), dan SH Dewanjali. Dari istri kedua Sang Rakti berputera Antigo, telur, menjadi SH Antaga, SH Sarawito, SH Ismaya, dan SH Manikmaya, lihat miniseri 15.
SH Ening / Nioya tinggal khayangan Argamaya menikah dengan Darmanastiti Tunggal beranak tiga: SH Ganggana berputeri Sang Senggani; SH Heramaya berputri Sang Gangga (ibu Batara Baruna); dan SH Ramaprawa berputra Ramayadi, bercucu Empu Anggajali, bercicit Aji Saka.
Sang Yati berputera Batara Anantanaga, bercucu Batara Antaboga dll.
NB: Ada cerita SH Wenang bentrok dengan Nabi Suleman, karena berkenaan dengan agama maka tidak disajikan di sini.
Setelah beberapa waktu kemudian, SH Wenang membangun khayangan baru bernama Awang-awang Kumitir di Gunung Tengguru namun tidak lama kemudian diserahkan pada puteranya SH Tunggal dan istri barunya Sang Rakti Wirandi, dan SH Wenang kembali ke khayangan lama Ondar-andir Bawana.
NB: Batara Narada (Kaneka Putra) anak SH Caturkanaka tinggal di khayangan Siddi udal-udal menikah dengan adik sepupunya Batari Wiyodi (putri SH Pancaresi) punya anak: Batari Kanekawati dan Batara Malangdewa.
Jangan lupa cuci tangan pakai sabun sehabis apa saja dan pakai masker jika keluar rumah ,tetap jaga jarak demi kita dan orang lain yang kita cintai.
Tetap semangat ya.