Jenang selo wader kali sesondheran, apuranto yen wonten lepat kawula. Ungkapan diatas merupakan gaya bahasa yang unik, mungkin tidak ditemukan pengguna bahasa yang seperti itu di lain tempat.
Gaya bahasa tersebut disebut “wangsalan”, yaitu semacam _cangkriman_ – peribahasa dengan _batangan_ – jawaban, namun langsung dijawab sendiri di kalimat berikutnya, jawabannya hanya mengambil satu dua kata yang mirip.
Wangsalan lengkapnya adalah; Jenang sela wader kali sesondheran, apuranta yen wonten lepat kawula.
Jenang sela = apu, menjadi apuranta – mohon maaf.
Wader kali sesondheran = sepat, menjadi lepat – kesalahan.
Maksud dari ungkapan tersebut adalah; Mohon maaf jika ada kesalahan kami.
Ungkapan tersebut sering digunakan untuk menutup sebuah sambutan atau pembicaraan, dan juga banyak digunakan untuk syair-syair lagu jawa.
Sebuah tradisi mohon maaf yang puitis dan santun sambil _nguri-uri basa jawi. Memang terasa sulit untuk mengupas teka teki yang ada dikalimat sebelumnya karena ada hal-hal yang tersembunyi maksud yang sesungguhnya. Jadi ada maksud tertentu dari kalimat yang disampaikan. Dengan tidak berkata secara langsung apa adanya, maka bahasa terasa indah kedengarannya. Bukan hanya bahasa Jawa yang memiliki seni seperti itu. Bahasa Indonesiapun ada yang tersembunyi maksud sebenarnya dari ungkapan bahasa yaitu dengan menggunakan peribahasa yang ada dan bermacam-macam sesuai penggunaannya. Dengan demikian bahasa memiliki gayanya masing-masing dalam mengungkapkannya sehingga orang memiliki seni berbicara yang indah dengan menggunakan ungkapan yang sesuai dengan maksud tertentu. Untuk itu orang perlu belajar menggunakan variasi ungkapan yang ada dan biasa berlaku di masyarakat Jawa. Budaya Jawa yang lemah lembut budi bahasanya kadang sering mencerminkan kekuatan yang tersembunyi yang ada didalamnya dan berakar membentuk karakter tersendiri.
Contoh lain sebuah wangsalan; Ngebun-ebun enjang, njejawah sonten.
Ngebun-ebun enjang = embun pagi = uwun-uwun diartikan _nyuwun_ – minta.
Njejawah sonten = hujan sore-sore = rarabi diartikan _rabi_ – nikah.
Ngebun-ebun enjang, njejawah sonten, maknanya; _Nyuwun rabi_ – ngelamar minta dinikahkan.
Petuah Simbah: ” _*Pancen nyarang wreksa – ora gampang, nanging kabudayan jawi kudu tansah dipepetri, aja njenang gula – aja lali karo tradisi.*_ ”
??????