PERANGI ALENGKA perang dunia wayang III
Cerita Seni

PERANGI ALENGKA perang dunia wayang III

38. PERANGI ALENGKA perang dunia wayang III

Dalam pengembaraannya mencari sang istri, Wara Sinta, Rama menemukan petilasan kerajaan Pancawati jaman Prabu Sumaraja canggah [anaknya cicit] SH Sis yang dibangun ulang menjadi Pancawati baru.

Anoman menjadi duta pertama untuk melacak Lara Sinta. Mengalami perjalanan panjang dan menemui berbagai kesukaran hingga bisa bertemu Wara Sinta lalu mengamuk membakar Alengka Diraja untuk mengukur kekuatan lawan.

Siap menghadapi angkara murka, dewata memuja berbagai hal menjadi kera hingga menjadi sepasukan senapati kera pujaan para dewa guna membantu prajurit kera dari Gua Kiskenda sebagai pasukan pembantu Rama.

Di Alengka Diraja, Prabu Dasamuka murka atas aneka nasehat adiknya hingga Kumbakarna dan Wibisana diusir. Kumbakarna kembali ke tempat masa kecil mereka di gunung Gohkarna bertapa tidur, Wibisana mengembara menyesali keputusannya dulu melarung bayi keponakannya, Sinta.

Dalam persiapan menyerang Alengka Diraja atas saran dan nasehat Batara Baruna, Rama berencana membuat jembatan dengan arsitek Anala kera yang dipuja Batara Kuwera. Wibisana gabung Rama diterima dengan baik.

Setelah lewati rintangan akhirnya Jembatan Situbondo mampu membawa Rama beserta pasukan kera melintasi laut hingga mesanggrah di gunung Suwelagiri.

Anggada dikirim sebagai duta pamungkas ke Alengka Diraja. Bukan cuma kukuh pendirian Prabu Dasamuka namun juga mampu mengharu biru hati Anggada membalikkan fakta kisah hidupnya.

Kebetulan ada dua pemuda tampan, Trikala dan Kalasekti, melamar kerja ke Alengka Diraja dengan sumpah berani bertaruh nyawa. Prabu Dasamuka senang dan meminta mereka mendekat. Setelah dekat rambut mereka ditarik lalu dipenggal tanpa pengadilan menjadi korban keganasan raja angkara murka.

Kepala mereka diletakkan di atas nampan lalu dibawa ke taman Argasoka dianggap itu kepala Rama dan Laksmana agar Sinta menyerah. Rara Trijata menyelinap ke Suwelagiri dan menyaksikan Rama serta Laksmana masih hidup yang segera dilaporkan ke Sinta. Trijata juga jatuh cinta pada Laksmana.

Anggrisrana denawa kecil seukuran manusia diutus Prabu Dasamuka untuk memata-matai Suwelagiri. Walau mampu menyelinap dengan baik namun tertangkap juga atas kecerdikan Wibisana. Namun bukan dihukum malah diajak bicara langsung dengan Rama dan diberi berbagai hadiah. Ketika pulang dan menceritakan perjalanannya bukannya dapat hadiah malah tewas ditusuk keris Prabu Dasamuka.

Perang dimulai dengan gugurnya tiga suami Sarpakenaka.

Sarpakenaka yang marah menuntut balas jadi melempem karena berhadapan dengan Laksmana. Mabok cinta tanpa sadar kuku jarinya yang berbisa dicabut Anoman hingga Sarpakenaka mencak-mencak mengira itu ulah Laksmana yang segera memanahnya tewas.

Prabu Dasamuka yang cerdik akhirnya tahu nyawa para senapati kera ciptaan para dewa ternyata ada pada bunga Dewa Retna yang kebetulan dijaga mantan Prabu Danaraja atau Wisrawana [saudara seayah lain ibu] yang kini jadi Batara Kuwera.

Bunga Dewa Retna bisa dicuri Prabu Dasamuka lalu disimpan yang dijaga Patih Prahasta. Namun Pramujabahu kumbang ciptaan Batara Kuwera bisa mencuri kembali. Patih Prahasta mengejar namun bertemu dengan prajurit kera lalu bertarung. Anila [patih Sugriwa] agak kuwalahan lalu menghantam hancur kepala Prahasta dengan tumpukan batu hingga tewas.

Tumpukan batu yang berlumuran darah kembali wujud menjadi Lara Windradi istri Resi Gotawa yang dikutuk jadi patung dalam peristiwa Cupu Manik Batara Surya [asal usul kera Anjani, Subali, Sugriwa serta para pembantunya] dan dibuang jatuh di perbatasan Alengka, kini kembali menjadi Batari naik ke khayangan.

Dalam keadaan marah Prabu Dasamuka kedatangan dua satria yang mengaku anaknya. Menyaksikan kesaktian Bukbis segera diakui sebagai putranya. Namun akan satunya lagi kera putih diragukan maka diminta membawa Rama dan Laksmana.

Trigangga menyusup ke Suwelagiri dengan kesaktiannya mampu menyirep semua. Anoman yang waspada menempatkan Rama dan Laksmana pada cupu kaca. Walau cupu bisa dibawa namun Trigangga curiga pada calon ayahnya yang nampak jahat. Ketika menjaga Rama dam Laksmana dalam penjara Trigangga berkelahi dengan Anoman yang mau menolong mereka.

Pertarungan sengit hingga dipisah Batara Narada yang menjelaskan bahwa mereka adalah bapak dan anak. Segera mereka menyadari lalu melepaskan Rama dan Laksmana serta sekaligus ingin menolong Wara Sinta karena penjara itu dekat dengan Taman Argasoka namun Rama tidak berkenan, harus dengan cara satria.

Bukbis maju sebagai senapati Alengka yang dilawan Anoman dengan membawa cermin sesuai nasehat Wibisana. Ketika mata Bukbis menyorotkan api [seperti cerita Trigangga] ditangkis cermin maka api itu memantul membakar Bukbis hingga tewas.

Hari selanjutnya putra Dasamuka yang gugur adalah Trisirah, Trimuka, Trinetra, dan Trikaya. Tinggal Indrajit yang sebenarnya adalah putra pujan Wibisana menggantikan bayi perempuan [putri Lara Lesmandari] titisan Batari Sri Widowati yang dilarung agar tidak dinikahi ayahnya, Prabu Dasamuka.

Hari berikutnya Indrajit yang maju dilawan Wibisana dijadikan awan putih kembali. Gugurlah sang Megananda, Indrajit.

Tinggal Kumbakarna yang belum maju namun amat sulit dibangunkan dari tidur. Akhirnya putra kembar Kumakarna yang masih remaja diminta maju jadi senapati walau dihalangi ibundanya serta kakeknya Prabu Sumali.

Walau masih remaja namun Kumba Kumba dan Aswani Kumba ternyata sangat sakti hingga ketika berhadapan dengan Anoman keduanya menerjang secara bersamaan berlawanan arah. Anoman menghindar dengan melenting hingga kepala anak kembar tersebut pecah berbenturan, tewas.

Prabu Dasamuka sendiri yang datang ke Gohkarna untuk membangunkan tapa tidur Kumbakarna namun juga tetap tidak mampu. Hingga ketika Togog yang diberi kesempatan bisa membangunkan Kumbakarna karena dicabut wulu cumbu, rambut pada jempol jari kaki.

Setelah bangun berbagai hidangan kesukaan Kumbakarna disajikan namun tetap tidak dapat meluruhkan hati Kumbakarna. Baru setelah diberitahu jika putra kembarnya juga telah gugur di medan perang, Kumbakarna mau jadi senapati namun demi tanah airnya bukan demi kakaknya. Tentu saja Prabu Dasamuka tidak peduli hal itu.

Kumbakarna tewas dengan tubuh terpisah-pisah terpenggal dipanah Rama dan Laksmana namun dapat menyatu kembali lalu moksa naik ke khayangan karena budi darmanya yang baik diiringi tangis pilu adik tercinta Wibisana menyaksikan kematian sang kakak yang amat dikasihinya.

Tinggal Prabu Dasamuka satu-satunya senapati Alengka yang tersisa. Atas nasehat Wibisana yang tahu kakak sulungnya tidak bisa mati karena punya Aji Pancasunya. Maka begitu Rama dan Laksmana menjatuhkan dengan panah, segera Anoman menindih raga Prabu Dasamuka dengan gunung Sumawana.

Tewas rajanya maka para nayaka dan prajurit Alengka mencari untung sendiri dengan menjarah harta Alengka. Wibisana disertai prajurit kera langsung bertindak keras. Anoman bahkan ditugasi awasi Sinta agar mau membakar diri.

Setelah keadaan terkendali seluruh warga Alengka miris menjadi saksi Sinta Obong. Semua mata menangis menyaksikan wanita muda cantik jelita dilalap api. Namun kemudian terbelalak ketika api mengecil tubuh Sinta masih utuh bahkan lebih jelita lagi. Tepuk tangan bergema mengiringi keluarnya Sinta dari perapian perlambang cinta murni tetap terjaga.

Walau Alengka Diraja telah hancur namun masih ada anak-anak yang tidak tahu sebab musababnya namun menyimpan dendam seperti Dasawilukrama putra Dasamuka, Kiswamuka putra Kumbakarka, serta Rara Jarini putri Sarpakenaka.

Nah dalam cerita PERANGI ALENGKA perang dunia wayang III ini, banyak kurban tak terhitung hanya karena kejahatan seseorang yang punya kuasa, yang punya keinginan norak alias tidak peduli terhadap orang lain dan menuruti hawa nafsunya sendiri. Miris yaa. Semoga di dunia Nyata kita terhindar dari kejadian-kejadian yang tega mengorbankan nyawa orang.

Salam Waras , sehat jasmani dan rohani.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *