15. SH TUNGGAL & SANG RAKTI disusun oleh St.Wid
Sebagai putera SH Wenang, Sang Tunggal juga gemar berkelana sambil tapa-brata. Semula menjadi raja di Keling menggantikan sang kakek dari ibu, Prabu Ari. Sang Tunggal beristri kakak sepupunya Dewi Dremani putri SH Darmajaka Wening dan berputera tiga akyan: SH Darmadewa / Rudra, SH Darmastuti, dan SH Dewanjali.
Setelah punya tiga anak barulah terpikir tentang rahasia Pustakadarya. SH Tunggal juga ingin menjadi penguasa di tiga dunia, Triloka / Tribuana. Maka setelah menyerahkan khayangan Keling pada putera sulung SH Darmadewa lalu SH Tunggal pergi bertapa meninggalkan Keling.
SH Tunggal bertapa tidur di atas Batu Datar di pantai, begitu khusuk sehingga ketika terbangun sudah berada dalam istana indah di dasar samudra. Ternyata ia diculik raja siluman kepiting Sang Rekatatama yang ditangisi putrinya Dewi Rekatawati yang hanya mau menjadi istri SH Tunggal.
SH Tunggal menerima Dewi Rekatawati yang setelah diperistri ganti nama Sang Rakti Wirandi. Mereka pulang ke khayangan Awang-awang Kumitir tempat tinggal baru sang ayah, SH Wenang. Setelah diterima dan direstui pernikahannya, khayangan baru tersebut diberikan pada pengantin baru itu.
SH Tunggal memanggil ketiganya, mendengar panggilan ketiganya mengira itu Pangeran Sang Dum Adi maka segera bersujud. Antaga hanya bersujud tanpa bangun-bangun maka kelak ia akan menjadi pengasuh majikan yang tidak mau mendengar nasehatnya. Ismaya bersujud ke 10 arah (delapan mata angin dan mendongak serta menunduk) maka kelak ia mempunyai 10 anak. Manikmaya sujud sembilan arah, delapan penjuru mata angin dan berdiri ditengah, maka kelak ia akan memiliki sembilan anak yang salah satunya anak yang salah kama.
Untuk menyiapkan pemimpin di masa depan Manikmaya diangkat menjadi Raja Muda di khayangan Awang-awang Kumitir didampingi kedua kakaknya. Manikmaya memakai gelar Batara Tengguru (belum Betara Guru) karena khayangan tersebut ada di Gunung Tengguru, juga sering disebut dengan SH Otipati, raja muda.
Walau pun SH Tunggal bertapa di Sunyaruri namun masih tetap memantau jagat sehingga juga tahu kelicikan. Manikmaya menyerang kakak tirinya SH Rudra / Dewa Esa maka juga menghukum Manikmaya melewati pesan suara, dan terbukti nyata.
Selain menolong Bima, Dewa Ruci juga pernah menolong adiknya, Raden Arjuna ketika melamar Dewi Sumbadra.
NB: Di kalangan umat abangan (orang belum beragama jaman dulu) SH Tunggal sering disebut Tuhan Mahaesa; SH Wenang disebut Tuhan Mahakuasa.
Nah asik ya agak mulai nyambung dengan wayang yang sering kita dengar kan. Yuk lanjutannya minggu depan ya
Tetap semangat dimasa Covid 19. Sabar tinggal di rumah sambil terus menambah pengetahuan ya
Salam Sehat.