Puisi Corona
Seni

Puisi Corona

Puisi Corona

Wuhan China Kabar awal menyebar

Ada tapi tidak ada

Mana tidak tahu

Ketika berserak kurban menarik perhatian

Jatuh mendadak, lemah dan sakit

dan banyak tak terkira , meninggal.

tanda flu muncul dan mewabah

Sepele sekali.

 

Sangat kecil tak kasat mata, punya tentakel

Melayang terbawa hembusan udara, menempel kemana saja.

Entah berapa jumlahnya, menyebar keseluruh dunia

Berkembang biak begitu cepat

Mereplikasi diri terus dan terus di inang yang tepat

Masih dicari anti virus ditunggu andalan asa

dari tatapan  sayu penuh harapan

Jangan menguap asa dari pandangan nanar si sakit

Masih dicari anti virusnya,

para peneliti berpeluh tanpa lelah

Cari cari dan cari uji, coba, analisa, angkat topi aku, usaha jujur mereka

Sampai kapan….

 

Bisalah setiap bangsa menemukan diri bertahan dengan anti bodi

Semua pemimpin bangsa menahan diri

Berjuang merengkuh bangsanya sendiri

Seolah diuji siapa korban paling sedikit

Bertahanlah tidak mencaci maki

Hidup kitapun belum pasti

 

Maka barislah empon-empon, yang dulu tergilas secangkir kopi starbuck

Semua down tak terkecuali,

Runtuhnya usaha raksasa disegala bidang

lokasi yang lockdown

Semua masuk dalam cell keluarga, bertahan

Baru terpana kok bisa

 

Semua memasuki alam dunia maya

online daring

Internet jadi pondasi awal

Baru terpana kok bisa,..

 

Semua mencoba cara berkomunikasi Jarak jauh

guru mengolah cara mentransfer ilmu siswanya

Orang tua menjadi guru dirumahnya sendiri

Media teknologi harus dipelajari segala usia

Bergeliatlah usaha awal manusia dunia maya

Order, order dan send, send

COD, transfer , Paypal

Yang jauh menjadi dekat

Yang Maya menjadi Nyata

Yang tidak ada menjadi ada

Semua bisa dirasa

 

Dilubuk hati jauh terdalam aku bertanya

Sungguh Tuhan Maha Kuasa

Akankah yang tinggi direndahkan yang rendah ditinggikan,

Adakah gelombang pertobatan menuju kebaikan,

Ataukah kemurkaan dan keburukan menjadi nyata

Masuk dalam seleksi alam

 

New Normal bukan sama seperti yang lama

Tapi baru dalam kebiasaan

Dengan cuci tangan memakai masker dan jaga jarak

hindari berkerumun menggunakan skala prioritas

maka kemandirian dan kepedulian sesama tetap ada

 

Hai hai hai dalam puisi Corona ini

Kerinduan menanti bagaimana bentuk dunia baru nanti

Yang pasti hidup ini saling berbagi

Menuju kebaikan sejati

Bersama bergandengan teman merajut kenangan hayati

Sampai nanti

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *